Monday, April 29, 2013

Teknik Pemurnian

A. Judul Percobaan
            “Teknik Pemurnian
B. Tujuan Percobaan
            Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan  mampu memahami dan terampil dalam:
1.      Melakukan destilasi untuk pemisahan dan pemurnian
2.      Mengkalibrasi dan mengoreksi pembacaan thermometer
3.      Merangkai peeralatan destilasi terfraksi dan destilasi vakum
4.      Memisahkan campuran azeotrop
5.      Melakukan rekristalisasi dengan baik
6.      Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
7.      Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
8.      Membaca titik leleh pada thermometer
9.      Membedakan campuran dari senyawa murni dari senyawa titik lelehnya.
C. Landasan Teori
            Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginyapermintaan akan spiritus. Hypathia dari Alexanderia dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk destilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern destilasi pertama kali dtemukan oleh ahli-ahli kimiapada kekhalifaan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alcohol menjadi senyawa yang relative murni melalui alat alembik.(Anonim,2010)
            Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilsi melibatkan penguapan diferensial dari suatu campurancairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan. Beberapa teknik destilasi lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan preparative dilaboratorium dan industri. Sebagai contoh adalah pemurnian alcohol, pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya , pembuatan minyak atsiri dan sebaganya (Soebagio dkk: 2000:24)
            Dalam proses destilasi terkadang terdapat gangguan sehingga hasil destilasi tidak maksimal. Salah satunya adalah azeotrop, merupakn campuran dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih konstan. Komposisi dari azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrp berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus tetap konstan dalam interval suhu dan tekanan tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan. Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzene atau toluene untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap  Dean Sterk, air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kebali ke campuran dan memisahkan air lagi. (Anonim,2010)
            Ada beberapa macam jenis-jenis destilasi salah satunya adala destilasi bertingkat (fraksionasi).Salah satu campuran yang dipisahkan dengan cara isi adalah etanol dan air. Titik didih air dan etanol masing-masing adalah 78C dan 100C. Larutan dipanaskan pada suhu sekitar78C hingga mendidih dan menguap. Uap yang ada dalam labu terdiri dari uap etanol bercampur dengan sedikit uap air. Kemudian campuran uap tersebut naik ke kolom fraksinasi dan menentuh plat paling bawah. Disana terjadi pengembunan dan sebagian tetesan-tetesan air turun kembali kedalam labu. Sedangkan etanol yangtitik didihnya lebih rendah mendidih kembali.. Akibatnya, terbentuk uap etanol yang lebih murnidan naik ke plat berikutnya, peristiwa berikut terus berulang sampai pada plat terakhir, sehingga dihasilkan uap etanol yang lebih murni. Akhirnya uap etanol masuk ke dalam kondensor dan mengembang menjadi tetes-tetes etanol yang ditampung dalam satu wadah. Jika semua alcohol didestilasi keluar, suhu yang terbaca pada thermometer segera naik menuju 100C. Hal ini menandakan bahwa uap air telah naik ke kondensor dan segera menetes. Tetesan air ini dapat ditampung dalam wadah yang lain. (Goldberg, 2004:47-48).
            Menurut Anonim (2010), terdapat beberapa defenisi tentang rekristalisasi, yang merupakan salah satu teknik pemurnian selain destilasi:
1) Suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termaksud di dalamnya.
2) Perubahan struktur Kristal akibat pemanasan pada suhu kritis
3) Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbunya inti dengan pemanasan. Besarnya suhu rekristalisasi adalah setengah sampai dengan sepertiga dari suhu logam.
            Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuorsa, dan salju ada dalam bentuk jelas-jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa para atom, ion ataupun molekul zat padat ini mempunyai atau juga tersusun secara simetris. Oleh karena itu rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impurity biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat-zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impurity yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. (Anonim,2010)
D. Alat dan Bahan
             Alat Destilasi
1.    1 set alat destilasi Rekristalisasi
1.    Corong tak bertangkai 0,5 cm
2.    Corong Buchner
3.    Labu erlenmeyer (2 buah)
4.    Labu isap 150 ml
5.    Gelas piala 100 ml
6.    Labu semprot
7.    Pembakar spiritus
8.    Gelas ukur 25 ml
9.    Kasa asbes dan kaki tiga
10. Penjepit kayu
11. Pengaduk
12. Tabung reaksi besar
            Penentuan titik leleh
1.    Alat thiele
2.    Blok logam
3.    Alat kafler
4.    Pipa kapiler
5.    Termometer 0-310C
6.    Labu semprot
7.    Pembakar spiritus
            Kalibrasi Termometer
1.    Termometer 100C
2.    Gelas kimia
3.    Pembakar spiritus
1.    b. Bahan
            Destilasi
1.    Etanol 95%
2.    Air
3.    Tissue
            Rekristalisasi
1.    Kertas saring whatman
2.    Asam benzoate
3.    Aquades
            Penentuan titik leleh
1.    Perafin
2.    Urea
3.    Asetanida
4.    Asam benzoate
5.    Asam sinamat
            Kalibrasi thermometer
1.    Air es
2.    Air mendidih
E. Cara Kerja
            a. Kalibrasi Termometer
1.    Titik nol thermometer dites dengan cara thermometer dimasukkan dalam campuran ai es yang diaduk homogeny sampai mencapai titik 0°C.
2.    Titik 100 termometer dites, dengan cara thermometer dimasukkan dalam air yang dipanaskan sampai mendidih hingga mencapai titik 100°C.
            b. Destilasi Biasa
1.    Mengisi labu destilasi dengan campuran 20 ml etanol 95% dan 20 ml air
2.    Melakukan destilasi, dan mencatat suhu serta volume hasil destilasi
            c. Rekristalisasi
1.    Dimasukkan ke dalam gelas kimia 1 gram Kristal asam benzoat dan 1 ml aquades
2.    Mengaduk campuran dan memanaskan di atas pembakar Bunsen hingga mendidih
3.    Sambil dipanaskan, menambahkan 1 ml aquades hingga volumenya mencapai 25 ml
4.    Setelah larut, selagi panas disaring pada corong Buchner yang telah dilengkapi engan kertas saring whatman
5.    Mendinginkan kemudian menyaringnya kembali
           

d. Penentuan titik leleh
1.    Tabung kapiler disiapkan dengan cara dipanaskan salah satu lubangnya hingga tertutup
2.    Ke dalam tabung kapiler yang berbeda, masing-masing dimasukkan urea dan asam benzoate
3.    Ke dua tabung kapiler tersebut dimasukkan dalam blok logam pada alat thiele  dan trayek leleh ke dua zat tersebut dicatat
4.    Campuran asam benzoate dan urea dibuat dengan perbandingan 1:4, 1:1, dan 4:1
5.    Campuran dihomogenkan dengan cara dicampur lalu dimasukkan ke dalam  tabung kapiler dan dicatat trayek leleh ketiga campuran tersebut
6.    Zat uknown yang diberikan asisten dimasukkan ke dalam tabung kapiler dan ditentukan titik lelehnya
F. Hasil Pengamatan
1.    Kalibrasi Termometer
Mengecek termometer  pada air es  0°c
Mengecek termometer  pada air mendidih  100°c
2.    Destilasi.
20 ml etanol 95 % + 20 ml air       destilasi        14 ml etanol
                                                                                  78°c
3.    Penentuan titik leleh,
     Urea = 129-130°c
     Sinamat = 129-130°c
Sinamat : Urea  4 : 1 = 108-113°c
Sinamat : Urea  1 : 4 = 113-119°c
Sinamat : Urea  1 : 1 = 100- 108°c
Zat Unknown = 118-122°c
4.    Rekristalisasi.
            1 gram asa benzoat + 1 ml H2O   dipanaskan         bening + 1 ml H2O
                                           ( penambahan 1 ml H2O terus menerus sampai volume 25 ml sambil dipanaskan )
   larut      disaring      larutan bening  didinginkan Kristal air  kristal = 1,8 gram
                      Corong bucher
G. Analisis Data
            Rekristalisasi
Massa sebelum rekristalisasi = 1 gram
Massa setelah rekristalisasi = 1,8 gram
            % rendamen asam Benzoat =
                                                        =
H. Pembahasan
            Pada percobaan ini, dilakukan kalibrasi pada thermometer yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan agar thermometer yang digunakan untuk percobaan-percobaan selanjutnya sesuai dengan standar pengukuran yang ditetapkan. Dengan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. Dalam percobaan diperoleh hasil kalibrasi yang sesuai dengan standar pengukuran untuk thermometer. Dimana hasil percobaan yang diperoleh untuk titik nol thermometer = 0°C, dan untuk titik nol thermometer =100°C  
Destilasi
            Pada percobaan ini, dilakukan pemisahan atau pemurnian suatu senyawa campuran antara etanol dan air. Dasar pemisahan atau pemurnian dalam proses destilasi ialah perbedaan titik didih campuran pada tekanan tertentu, yang dimana titik didih etanol adalah 78°C dan air sebesar 100°C. Disaat melakukan pemanasan ditambahkan batu didih untuk mengurangi adanya letupan-letupan akibat pemanasan, letupan dapat dikurangi karena adanya pori-pori kecil dari batu didih sehingga gelombang yang keluar saat pemanasan itu kecil.
            Pada proses destilasi yang dilakukan larutan mendidih pada suhu 78°C, yang akan menguap pada suhu ini adalah etanol karena titik didih adalah 78°C. Uapnya kemudian melewati kondensor yang berfungsi sebagai pendingin sehingga diperoleh destilat dalam bentuk cairan. Destilat yang diperoleh pada percobaan sebesar 14 ml (etanol), yang dimana pada proses destilasi suhu dijaga atau diaur agar konstan pada suhu 78°C, karena jika berlebih yang keluar sebagai destilat bukanlah etanol tetapi campuran air dan etanol.
Rekristalisasi
            Dalam pecobaan ini, digunakan 1 gram asam benzoate dalam wujud padat (kristal), kemudian dilarutkan dalam 1 ml aquades kemudian dipanaskan sampai Kristal benar-benar larut. Saat pemanasan dilakukan penambahan 1 ml aquades hingga volumenya 25 ml bertujuan juga agar Kristal asam benzoate dapat larut sempurna. Kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner selagi panas untuk memisahkan partikel yang tidak larut, penggunaan corong buchaner yang dilengkapi kertas whatman lebih praktis dan efisien serta dengan alat hisap, sehingga waktu yang digunakan  lebih sedikit, kemudian setyelah itu mendinginkan larutan sehingga diperoleh Kristal. Setelah menjadi Kristal disaring lagi untuk memisahkan zat terlarut yang menyertainya, dan setelah disaring kemudian dikeringkan dan ditimbang. Hasil yang diperolh pada percobaan ini sebesar 1,8 gram tentunya hasil ini tidak sesuai dengan teori, bukannya memisahan zat pengotornya tapi membuatnya bertambah tidak murni. Ada beberapa hal yang menyebabkan ini:
1.    Jauhnya lokasi atau sulitnya dijangkau tempat untuk menggunakan corong Buchner disertai alat penghisap sehingga larutan yang telah dipanaskan lebih dulu kembali mengkristal
2.    Perbedaan berat kertas saring whatman yang digunakan sehingga mempengaruhi atau menambah bobot Kristal
3.    Kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan penimbangan
5.    Penentuan Tititk Leleh
            Percobaan ini menggunakan zat padat urea dan asam sinamat. Berdasarkan percobaan trayek lelehnya adalah129-130°C untuk urea sedangkan untuk asam sinamat 129-130°C hasiul ini tidak sesuai dengan teori, menurut teori titik leleh urea dan asam sinamat berturut adalah 132,5-133°C dan 132-133°C. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati suhu pada thermometer.
            Untuk penentuan titik leleh campuran, urea dan asam sinamat dicampur dengan perbandingan 4:1, 1:4, dan 1:1. Kemudian zat padat campuran tersebut dimasukkan ke dalam pipa kapiler dengan cara menotolkannya pada zat padat campuran, lalu dimasukkan ke dalam thile  dengan merekatkannya pada thermometer. Perbandingan 4:1 asam sinamat dan urea diperoleh titik leleh 108-113°C. Pada perbandingan 1:4 asam sinamat dan urea diperoleh titik leleh 113-119°C, pada perbandingan 1:1 asam sinamat dan urea diperoleh titik leleh 100-108°C.
            Campuran-campuran di atas dengan perbandingan yang berbeda-beda, titik lelehnya juga berbeda-beda jaraknya. Campuran tersebut tidak meleleh dengan tajam karena adanya pengotoran yang menyebabkan penurunan titik leleh itu mungkin suatu bahan berbentuk resin yang tidak didentifikasi. Apabila titik leleh campuran sama dengan titik leleh senyawa baku berarti senyawa yang tidak diketahui itu sama dengan senyawa baku tersebut. Hal ini berarti cmpuran-campuran tersebut tidak murni karena suhunya tidak tetap selama meleleh (titik leleh yang tidak tajam).
            Pada penentuan titik leleh zat uknown, yang diberikan oleh asisten zat tersebut mulai meleleh pada suhu 118°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 122°C. Sehingga trayek leleh yang dperoleh 1118-122°C.
I.Kesimpulan
            Dari hasil percobaan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1.    Suhu larutan etanol-air mendidih pada suhu 78C, dan diperoleh hasil destilat sebanyak 14 ml
2.    Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dan pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali pelarutnya.Nilai rendemen asam benzoate yang diperoleh sebesar  180%, dan nilai ini iperoleh tidak sesuai dengan teori karena kurangnya ketelitian praktikan.
3.    Titik leleh adalah suu dimana senyawa tersebut mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya. Senyawa murni suhunya hamper teteap selama meleleh atau disebut titik leleh yang tajam.
J. Saran
            Disarankan kepada praktikan agar lebih menguasai prosedur kerja, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA
            Anonim. 2010. Http:// id. Wikipedia. Org/ wiki/ Destilasi. Diakses pada                     tanggal 8 Mei 2010
            Anonim. 2010. Http:// id. Wikipedia.Org/ wiki/ Rekristalisasi. Diakses                        pada tanggal 8 Mei 2010
            Anonim. 2010. Http:// ansuanfushie. Wordpress. Com/ Teknik                                  Pemurnian/ PEMURNIAN BAAHNBAHAN MELALUI                                                PEMISAHAN//.Diakses pada tanggal 8 Mei 2010.
            Goldberg, david. 2004. Sains Kimia SMP Jilid II. Jakarta: Erlangga.
            Soebagio,dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri                            Malang.

Pembuatan Sikloheksanon


A. Judul Percobaan
            “Pembuatan Sikloheksanon”
B. Tujuan Pecobaan.
            Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan :
1.    Terampil dalam melakukan oksidasi alkohol sekunder siklik.
2.    Dapat memahami reaksi oksidasi alkohol sekunder siklik.
C. Latar Belakang Teori.
            Senyawa yang mengandung gugus fumgsional –OH disebut alkohol. Gugus-OH berikatan kovalen dengan atom karbon dalammolekul alkohol, dan molekul-molekul tersebut tidak terorientasi di dalam air menghasilkan ion OH¯. Alcohol yang paling sederhana adalah metanol, CH3OH, yang disebut metil alkohol. Etanol,CH3CH2OH, yang juga dikenal sebagai etil alkohol adalah alkohol paling sederhana berikutnya, mengandung  dua atom karbon. Jika jumlah atm karbon dalam molekul alkohol lebih besar dari dua, ada beberapa isomer yang mungkin, bergantung pada letak gugus-OH seperti pada sifat alami rantai karbon
(Goldberg,2004; 127).
            Menurut Krisbiyantoro (2008), sifat-sifat alkohol sebagai berikut :
1.    Metanol, etanol, dan propanol dapat bercampur dengan air.
2.    Bersifat sebaaagai basa lewis
3.    Semakin tinggi massa molekul relatifnya maka semakin tinggi pula titik didi dan titik lelehnya.
4.    Dapat bereaksi dengan Natrium membentuk natrium alkanoat (natrium alkoksi) untuk membedakan alkanal dengan alkoksi alkana.
5.    Bereaksi dengan asam alkanoat membentuk membentuk ester
6.    Dapat dioksidasi dengan ketentuan sebagai berikut :
ü Alkanol primer dapat  dioksidasi menjadi alkanal selanjutnya dioksidasi lagi menjadi asam karboksilat.
ü Alkanol sekunder dapat dioksidasi menjadi aldehida
ü Alkanol tersier tidak dapat dioksidasi
            Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbram, 1992).
            Menurut Krisbiyantoro (2008), ada beberapa sifat-sifat dari senyawa keton yaitu :
1.    Berbau segar dan larut dalam air untuk semua suku-suku rendah.
2.    Untuk suku-suku tengah tidak larut dalam air walaupun merupakan zat cair.
3.    Suku-suku tinggi berbentuk padatan.
4.    Dapat diadisi.
5.    Hanya dapat berpolimerisasi kondensasi.
6.    Bereaksi dengan Halogen juga dengan PX5 (X=halogen).
7.    Tidak dapat dioksidasi.
             Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak memiliki hidrogen yang yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti tarik menarik pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relative kuat antara molekul-molekulnya, bagian positif dari sebuah mlekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lainnya
 (Anonim, 2010).
            Alkohol dengan paling sedikit satu hydrogen pada karbon pembawa gugus hidroksil dapat dioksidasi akan membentuk aldehida, jika dioksidasi lebih lanjut akan membentuk asam karboksilat.
                        H                              H                               OH
                    R-C-OH  dioksidasi      R-C=O   dioksidasi        R-C=O
                        H
              Alkohol primer                aldehida               Asam karboksilat
 Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi (Rasyid, 2006; 137).
            Dalam kimia anorganik, oksidasi didefinisikan sebagai dilepaskannya elektron oleh suatu atom, sedangkan reduksi adalah diperolehnya electron oleh suatu atom.
                   Oksidasi                                                 Reduksi
        Na°         -e¯         Na+                        Fe3+          +e¯           Fe2+
            Dalam reaksi organik, tidaklah selalu mudah untuk menentukan apakah sebuah atom karbon “memperoleh” atau “kehilangan” elektron. Namun, oksidasi atau reduksi senyawa organik adalah reaksi-reaksi yang biasa. Berikut ini aturan sederhana untuk menentukan apakah senyawa organik tersebut dioksidasi ataukah direduksi.
“jika sebuah atom atau molekul memperoleh oksigen atau kehilangan hydrogen, maka molekul itu teroksidasi”
                                                                     OH                          O
        CH3CH2    [o]   CH3CO2H    dan      CH3CHCH3    [o]        CH3CCH3
“jika sebuah atom atau molekul kehilangan oksigen atau memperoleh hydrogen, maka molekul itu teruduksi”
                                                                           O                        OH
     CH3CO2H    [H]    CH3CH2OH       dan     CH3CCH3     [H]     CH3CHCH3
(Fessenden dan Fessenden, 1986; 287).
D. Alat dan Bahan
1.    Alat  ;
a.    Erlenmeyer bertutup asa 250 ml
b.    1 set alat destilasi.
c.    Corong biasa.
d.    Gelas ukur 10 ml, 25 ml, dan 250 ml.
e.    Termometer 100°c
f.     Corong pisah 250 ml
g.     Batang pengaduk.
h.    Labu semprot.
i.      Pipet tetes.
j.      Penangas air.
k.    Sumbat kapas.
l.      Stopwatch
m.   Neraca analitik
2.    Bahan ;
a.    Kalium bikromat
b.    Asam sulfat.
c.    Sikloheksanol
d.    Petroleum eter
e.    NaCl
f.     Tissue
g.    Es batu
h.    MgSO4 anhidrat
i.      Aquadest
j.      Kertas saring.
E. Cara Kerja
1.  Menimbang 20,5 gram kalium bikromat dan melarutkannya dalam 100 ml aqudest.
2.  Menambahkan dengan hati-hati 10 ml asam sulfat pekat ke dalam larutan kalium bikromat dan mendinginkan campuran sampai suhu 30°c
3.  Memasukkan 10 ml sikloheksanol dalam Erlenmeyer bertutup asa.
4.  Menambahkan larutan kalium bikromat ke dalam Erlenmeyer bertutup asa yang berisi larutan sikloheksanol sedikit demi sedikit.
5.  Mengocok sampai campuran bercampur dengan baik.
6.  Mendinginkan bagian luar labu dengan air dingin pada suhu mulai 55°c.
7.  Mengatur temperature campuran agar tidak kurang dari 50°c dan tidal lebih dari 60°c.
8.  Mendinginkan campuran di udara apa bila temperature tidak melebihi 60°c sambil sesekali dikocok.
9.  Memindahkan campuran ke dalam labu destilasi 500 ml dan menambahkan 100 ml aquadest, kemudian memasang pendingin untuk destilasi.
10.  Mendestilasi campuran sampai diperoleh kira-kira 65 ml destialat.
11.  Menjenuhkan campuran dengan 13 gram NaCl, kemudian memisahkan lapisan sikloheksanon ( lapisan atas ).
12.  Mengambil lapisan atas (siklohesanon) dan bawah (air).
13.  Mengekstraksi lapisan bawah (air) dengan 12 ml petroleum eter.
14.  Mencampurkan hasil ekstrak dengan sikloheksanon lalu menambahkan 3 gram MgSO4 anhidrat.
15.  Memipet laruran yang telah dikeringkan , kemudian menimbang berat sampel.
 F. Hasil Pengamatan
20,5 gram K2Cr­2O7 (jingga) + 100 ml aquadest      larutan berwarna jingga
 + 10 ml H2SO4            larutan berwarna merah + 10 ml sikoheksanol
            {bening}                                                                         {bening}
Larutan berwarna hitam            mengukur suhu             48-50°c
Mendiamkan di udara selama 20 menit             larutan berwarna hitam
          didestilasi dan tidak diperoleh minyak.
G. Analisis Data
Dik :    ρ = 0,947 g/ml
            ρ = 0.949 g/ml
            V siklohesanon = 0 ml
            V siklohesanol = 10 ml
            Mm siklohesanol = 101 g/ml
            Mm siklohesanon = 98 g/ml
Dit : Rendamen = …..?
penyeleseian  
Massa siklohesanol = ρ siklohesanol  V siklohesanol
                                    = 0,947 g/ml  10 ml = 9,47 g
1 mol C6H11OH  1 mol C6H10O
 
Sehingga secara teori diperoleh,
Massa siklohesanon =
                                                                                      = 9,188 gram
Rendamen =
F. Pembahasan
            Pada pembuata sikloheksanon ini, dimulai dengan melarutkan 20,5 gram kalium bikromat dengan 100 ml air. Pelarutan ini dilakukan sedikit demi sedikit bertujuan untuk melarutkankalium bikromat secara sempurna dan diperoleh larutan berwarna jingga yang merupakan warna dari kalium bikromat itu sendiri. Adapun fungsi dari kalium bikromat yaitu sebagai oksidator. Kemudian ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml yang berfungsi untuk memberikan suasana asam pada larutan juga sebagai katalis, untuk mempercepat reaksi. Lalu, campuran berubah menjadi merah dan suhu larutan menjadi panas yang awalnya dingin. Hal ini menandakan sistem melepaskan kalor ke lingkungan (reaksi eksoterm).       Campuran kemudian didinginkan sampai 30 dengan mendinginkan bagian luar gelas dengan air es, karena jika jika suhunya diatas itu maka dikhwatirka terjadi pemutusan ikatan antara molekulnya sehingga sikloheksanon tidak tebentuk. Setelah itu dimasukkan 10 ml siklohesanol ke dalam Erlenmeyer, siklohesanol disini berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan siklohesanon yang akan mengalami oksidasi. Kemudian dalam siklohesanol dimasukkan campuran kalium bikromat sambil dikocok dan larutan berwarna hitam kekuningan setelah perlakuan tersebut. pada proses pendinginan, suhu campuran 48°c, kemudian campuran didinginkan di udara selama   30 menit sambil dikocok dan suh campuran telah konstan karena tidak lagi mengalami perubahan suhu.
            Campuran     kemudian  didestilasi   dan  sebelum   itu  dilakukan
penambahan  100 ml aquadest , akan tetapi pada proses destilasi ini praktikan lalai dalam penambahan batu didih yang berperan untuk mengurangi letupan-letupan pada proses destilasi, sehingga yang keluar sebagai destilat bukanlah destilat murni melainkan campuran itu sendiri karena meluap akibat pemanasan dalam proses destilasi.
            Kelalaian kedua yang dilakukan oleh praktikan adalah menumpahkan hasil destilasi yang telah diperoleh pada saat proses destilasi kedua, proses destilasi pertama gagal, sehingga mengakibatkan minyak yang diperoleh pada lapisan atas ikut terbuang, sehngga tidak ada lagi minyak ( sikloheksanon ) yang diperoleh.
Adapun mekanisme reaksi dari percobaan ini adalah :























G. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan :
1.      Proses pembuatan sikloheksanon dibuat dengan cara mengoksidasi alkohol sekunder siklik (sikloheksanol) dengan bantuan oksidator kalium bikromat (K2Cr2O7).
2.      Hal yang paling mempengaruhi pembuatan sikloheksanon yakni suhu larutan yang harus berkisar 50-60°c.
I. Saran
            Diharapkan agar praktikan selanjutnya, lebih teliti dan tidak cepat panic pada saat praktikum.
Daftar Pustaka
            Anonim. 2010. http:// id. Wiki Pedia. Org/wiki/keton. Diakses pada                            tanggal 10 April 2010.
            Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joan. 1986. Kimia Organik                               Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
            Golberg, David. 2004. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
            Krisbiyantoro, Adi. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Yogyakarta:                                     Pustaka Widyatama
            Wilbram. 1992. http:// chem.-is-try.com. diakses pada tanggal 10                               April 2010.